SULTRA, SAORAKYAT– Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Pemprov Sultra) mencatat, sebanyak 12 komoditas penyumbang nilai ekspor yang mencapai Rp25 triliun.
Jumlah tersebut berdasarkan hasil resume kinerja ekspor, mulai Januari sampai Mei tahun 2025. Ini sesuai data Dinas Perindustrian dan Perdagangan atau Disperindag Sultra.
Kepala Disperindag Sultra, Rony Yakob Laute mengatakan, kinerja ekspor mengalami fluktuasi. Namun masih menunjukkan tren yang positif di tahun ini.
“Terjadi surplus pada neraca perdagangan di Bulan Mei dengan nilai ekspor sebesar 241,63 dolar atau 3,96 triliun, jika di kurs 16.400 per dollar,” kata Rony di kantor Gubernur Sultra Senin (21/7/2025) mengutip Detik Sultra.
Baca juga : Bupati Luwu Boyong Pejabat Ajukan Proposal ke Kemensos
Rony menjelaskan, periode Januari sampai Mei, ekspor Sultra mencapai 1,55 miliar dolar atau sebesar Rp25,42 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama, tahun sebelumnya terjadi penurunan nilai sebesar 9,36 persen.
Jenis komoditas ekspor kata dia, di tahun 2025 ini sebanyak 12 komoditas. Diantaranya, ferro nickel/NPI, stainless steel, gurita beku, udang vennamei, daging kepiting kaleng, kepiting bakau, tuna sirip kuning beku, tengiri segar, kakap segar, kerapu segar, ubur-ubur asin dan ikan dasar.
Lanjut dia, negara tujuan ekspor tercatat ada 10 negara, yakni China, Jepang, India, USA, Singapura, Filipina, Belanda, Mexico, Korea Selatan dan Malaysia.
“Ekspor didominasi oleh produk industri olahan pertambangan yakni ferro nickel/NPI dan stainless steel,” terangnya.
Share ekspor lanjutnya, tertinggi pada produk ferro nickel yakni 97,55 persen dari total nilai ekspor Sultra atau 1,51 miliar dolar atau 24,76 triliun.
Lebih jauh dijelaskan, pada Mei nilai ekspor hanya Rp3,96 triliun dan volumenya sebesar 173,3 ribu ton. Terjadi penurunan nilai ekspor sebesar 31,9 persen jika dibandingkan Bulan Mei Tahun 2024.
Baca juga : Kebakaran Terjadi di Depo Pertamina Bua
“Apabila kita dibandingkan dengan April 2025 terjadi penurunan nilai ekspor pada Mei 2025 sebesar 39,8 persen,” sebut Rony.
Dalam lima tahun terakhir periode Mei, nilai ekspor terendah terjadi di tahun 2025, sedangkan nilai ekspor tertinggi terjadi di tahun 2022.
“Nilai ekspor Mei 2025 sebesar Rp3,96 triliun, dengan volume 173,3 ton, apabila dibandingkan periode yang sama, maka terjadi penurunan nilai sebesar 31,9 persen,” pungkasnya. (*)




