Illustrasi: Waspada daerah yang rawan banjir, musim penghujan bakal terjadi mulai Oktober ini.
JAKARTA, Saorakyat.com— Kabag Humas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Taufan Maulana menyebut puncak musim penghujan diprediksi berlangsung pada Januari hingga Februari 2021.
“Januari hingga Februari puncak musim hujan,” kata Taufan melansir Okezone, Minggu (11/10/2020).
BMKG kata dia, prediksikan musim hujan di Indonesia telah berlangsung pada Oktober 2020. Menurut dia, sebanyak 34,8% wilayah Indonesia diprediksi akan mengawali musim hujan pada bulan Oktober 2020, yakni di sebagian Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
“Sebanyak 38,3% wilayah akan memasuki musim hujan pada bulan November 2020, meliputi sebagian Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sementara itu 16,4% di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, NTB, NTT dan Papua akan masuk awal musim hujan di Desember 2020,” jelas Taufan.
Ia pun mengimbau Pemda untuk mewaspadai wilayah-wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih awal, seperti di sebagian wilayah Sumatera dan Sulawesi, serta sebagian kecil Jawa, Kalimantan, NTB dan NTT.
Banjir Bandang dan lumpur beberapa waktu lalu menyapu wilayah Luwu Utara hingga menelan puluhan korban jiwa dan ratusan jiwa mengungsi. foto: istimewa.
“Perlunya peningkatan kewaspadaan dan antisipasi dini untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim hujan lebih basah dari normalnya yaitu di Sumatera, Jawa dan sebagian kecil Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara dan Papua,” sambung dia.
“Selain itu perlu diwaspadai pula wilayah-wilayah yang akan mengalami awal husim hujan sama atau sedikit terlambat (10-20 hari), terutama di wilayah-wilayah sentral pangan seperti Jawa, Bali, NTB dan Sulawesi,” tambah Taufan.
Taufan mengimbau warga untuk menjaga kesehatannya, lantaran musim hujan akan berlangsung di tengah pandemi Covid-19.
Kondisi Jembatan Sungai, Keppe, KM 270 dari Kota Makassar jika musim hujan. Sampah tertahan di tiang panjang jembatan hingga air meluber kepemukiman. foto: dok. saorakyat.
“Masyarakat harus menjaga kesehatan tubuh yang terpenting,” ujar dia.
Taufan mengingatkan, fenomena La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di ekuator Pasifik dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia. Hal itu menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.
Taufan mengajak masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim hujan terutama di wilayah yang rentan terjadi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
“Mitigasi tersebut dengan melakukan pengelolaan tata air yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, antara lain dengan upaya memenuhi dan menyimpan air lebih lama ke danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya, serta penyiapan kapasitas sungai dan kanal untuk antisipasi debit air berlebih,” tutupnya. (okz/asy)
