JAKARTA, Saorakyat.com– Serangan Rusia ke Ukraina telah memasuki hari keenam. Sekaitan itu, Pemerintah Rusia meminta jaminan keamanan yang mengikat secara hukum kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergey Lavrov, dalam sebuah pesan video Selasa (01/03/2022) waktu setempat.
Lavrov menyebut mendekatnya Ukraina ke pakta pimpinan Amerika Serikat (AS) itu telah memberikan ancaman keamanan yang serius bagi Rusia.
Baca juga: Eskalasi Memanas, DPR Minta Pemerintah Lindungi Keselamatan 148 WNI di Ukraina
“Rekan-rekan Barat belum menunjukkan kesediaan untuk memberi Rusia jaminan keamanan jangka panjang yang mengikat secara hukum. Bagi kami, mencapai tujuan ini adalah hal yang sangat penting,” tegas Lavrov sebagaimana dilaporkan media Rusia, TASS, Rabu (02/03/2022).
Lavrov menjelaskan, bila Ukraina menjadi anggota NATO, maka pakta pertahanan yang notabenenya merupakan rival Rusia itu dapat membangun pangkalan militer disana. Apalagi, Rusia memiliki persoalan konflik teritorial dengan Kyiv terkait Krimea dan Donbass.
“Negara-negara Barat harus menahan diri dari membangun fasilitas militer di wilayah bekas negara Uni Soviet yang bukan anggota aliansi, termasuk penggunaan infrastruktur mereka untuk melakukan aktivitas militer apa pun.” jelasnya.
Invasi Rusia ke Ukraina hingga kini belum usai. Kedua negara tersebut diagendakan akan berunding. Foto: Istimewa
Sementara itu, perundingan antara Rusia dan Ukraina dijadwalkan kembali dilakukan pada hari ini. Outlet media Ukraina, Glavkom, mengatakan bahwa kedua pihak memiliki keinginan yang masih didiskusikan dengan serius.
“Rusia menuntut Ukraina berkomitmen untuk menandatangani status netralitasnya di tingkat parlemen dan menyelenggarakan referendum mengenai masalah ini,” ujar seorang delegasi Ukraina kepada media.
Selain itu, pihak Rusia menuntut Ukraina mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk di perbatasan administratif wilayah yang bersangkutan dan membatalkan tuntutannya agar Krimea dikembalikan ke Ukraina.
“Ukraina, di sisi lain, menuntut gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari wilayahnya,” ujarnya.
. Kekinian pasukan Negeri Beruang Putih dilaporkan sudah semakin mendekati ibukota Ukraina, Kyiv. Sebuah laporan AS menyebut ini dilakukan untuk menjatuhkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dari tahta kekuasaan. (*)