SULSEL, SAORAKYAT—Rasa bangga dan haru menyelimuti keluarga besar Aliah Sakira, siswi SMAN 14 Makassar, setelah putrinya ditunjuk sebagai pembawa baki pada upacara penurunan bendera Merah Putih di Istana Negara, Minggu, (17/8/2025)
Sang ibu, Azmach Febriany, mengaku tak bisa menahan air mata saat melihat langsung putrinya menjalankan tugas bersejarah itu.
“Ini pukulan terbesar dan Aliah sangat tegar sampe menyelesaikan seleksi hari pertama,” ujar Azmach Febriany, ibunda Aliah.
Setelah lolos seleksi provinsi, Aliah bergabung dengan lima rekan lainnya sebagai utusan Sulawesi Selatan. Mereka dilepas secara simbolis oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, pada 23 Juni lalu.
Dalam kesempatan itu, Gubernur menitipkan pesan agar para calon Paskibraka menjaga kekompakan dan membawa nama baik daerah di tingkat nasional.
Azmach Febriany mengaku tidak bisa menahan haru ketika pertama kali melihat putrinya bertugas di Istana.
Baca juga : Pengibaran Merah Putih di Sungai Malili
“Pas ketemu tadi, dia hanya menangis. Setelah lebih dari satu bulan tidak bertemu dan tidak berkomunikasi sama sekali, rasanya luar biasa. Saat melihat langsung ia membawa baki, tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata,” ucapnya.
Info Aliah menjadi pembawa baki sore, baru diketahuinya sesaat setelah mengambil undangan.
“Tadi pagi, setelah mengambil undangan. Gak nyangka pastinya, kayak mau memastikan saat sore aja pas liat langsung,” tambahnya.
Bahwa perjuangan panjang itu menjadi kebanggaan tidak hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi masyarakat Sulawesi Selatan.
“Di mana pun posisi Aliah ditempatkan, kami sudah sangat bangga. Apalagi sampai membawa baki, itu sesuatu yang tak bisa dideskripsikan lagi,” tuturnya.
Selama mendampingi putrinya mengikuti proses seleksi dan pelatihan, Azmach lebih banyak memberikan dukungan mental.
“Kami tidak pernah menekan, hanya minta dia tunjukkan yang terbaik. Jangan cepat berbangga hati, tetap rendah diri di keadaan apa pun. Dukungan materi juga tentu ada, tapi yang utama adalah mental,” katanya.
Meski sesekali khawatir dengan beban tanggung jawab besar di usia muda, Azmach percaya putrinya mampu.
“Saya tahu dia pribadi yang bertanggung jawab. Sejak kecil ia sudah terbiasa menjaga adik-adiknya, jadi saya yakin ia bisa diberi tanggung jawab sebesar ini,” ujarnya.
Menurut Azmach, momen ini bukan hanya bersejarah bagi keluarga, tetapi juga menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Sulawesi Selatan.
“Pesan saya, jangan pernah menyerah. Percaya pada kemampuan diri sendiri, berusaha, dan yakin. Aliah adalah contoh bahwa anak-anak Sulsel juga bisa dilirik di tingkat nasional,” ucapnya.
Saat ini, Aliah masih duduk di kelas XI. Sang ibu berharap ia tetap rendah hati dan kembali fokus pada pendidikan setelah selesai menjalankan tugas sebagai Paskibraka Nasional.
“Selanjutnya, biarlah Aliah melanjutkan sekolah dulu. Kalau ke depan dia mau mendaftar ke Akademi Kepolisian, kami hanya bisa mendukung dan mensupport,” kata Azmach.
Bagi keluarga, momen ini menjadi tonggak penting yang tidak hanya mengangkat nama sekolah, tetapi juga memberi teladan bagi generasi muda di Sulawesi Selatan.
“Ini adalah kebanggaan sekaligus panutan bagi adik-adik kelasnya untuk tidak pernah menyerah,” pungkas Azmach.(**)