Prof Wiku Adisasmito. Foto: Dok. BNPB
JAKARTA, Saorakyat.com—Pandemi virus corona masih belum pergi dari Indonesia. Wacana kehidupan new normal pun didengungkan, mengingat vaksin dan obat spesifik belum ditemukan.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia bisa menerapkan itu dengan beberapa indikator epidemiologi.
“Mereka (sebuah wilayah) bagus (epidemiologinya) apabila selama 2 minggu sejak puncak terakhir itu targetnya 50 persen penurunannya,” ujar Wiku dalam konferensi pers virtual di BNPB, Selasa (26/5/20).
Baca Juga:
- Koalisi Masyarakat Sipil Desak KPU Tunda Pilkada September 2021
- Di Lutra Sudah 41 Positif Covid-19, Dua Sembuh dari Cluster Temboro
Selain angka positif, angka kematian hingga jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) pun juga harus menurun.
Jika indikator tersebut menurun, maka situasi penularan corona di wilayah tersebut sudah tergolong terkendali.
“Kemudian jumlah kasusnya itu kan tadi yang jumlah kasus positif ya, kan ada ODP dan PDP atau sering disebut sebagai probable tapi kita anggap saja ODP PDP. Itu kasusnya juga selama dua minggu dari puncak itunya turun lebih besar atau sama dengan 50 persen. Jadi pokoknya semua diharapkan semua turun tapi konsisten turunnya selama 2 minggu,” ungkap Wiku.
Selain itu, berkurangnya beban rumah sakit dengan menurunnya jumlah pasien yang dirawat juga menjadi tolok ukur penerapan new normal
“Jadi jumlah positif yang dirawat di rumah sakit juga harus turun,” ungkap Wiku.
Namun Wiku menegaskan penurunan angka positif corona harus pula dibarengi dengan jumlah pemeriksaan sampel. Bila menurunnya angka positif karena tak adanya pemeriksaan sampel, hal itu tak dapat menjadi acuan sudah meredanya penularan corona.
“Jadi banyak (sampel) diperiksa laboratorium tapi banyak yang negatif, kan harusnya begitu. Jangan sampai jumlah diperiksanya hanya sedikit ya terus saja kelihatannya turun, kalau enggak diperiksa akan turun, nol lama-lama,” kata Wiku. (as)